Minggu, 02 September 2012

Doa Dan Harapan Seorang Puteri


Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

Doa Dan Harapan Ini Kupanjatkan Kepada-Nya Karena...

Ibuku Seorang Koruptor

Diluar, aku terlihat seperti anak kebanyakan. Tapi Kalau ditanya, apa profesi ibumu?. Jujur, aku ingin sekali menjawab seperti anak kebanyakan pula. Bukan malah menjadi malu dan mencoba meng hindarkan wajahku dari mereka. Semua karena ibuku adalah seorang koruptor.

Manusia mulia yang biasanya begitu sangat dikasihi dan dipuja oleh anak- anak mereka, yaitu ibu, menjadi sangat berbeda dengan penilaianku kini. Begitu sedih rasanya ketika mengetahui kenyataan bahwa ibuku telah dengan rela menyuapi mulutku dengan makanan yang haram.

Dalam hati aku menyesal, menangis dan marah, aku yang tidak tahu apa- apa harus ikut menanggung beban aib yang diciptakan ibuku. Bahkan sempat terbersit dalam hati aku protes kepada sang maha pencipta, mengapa harus aku yang ditakdirkan menjadi anak dari seorang ibu yang seperti ini?

Bukankah masih banyak wanita yang bisa Allah pilihkan untukku, yang bisa aku banggakan sebagai ibuku?.

Tapi sudahlah, marah dan protes itu tidak akan menyelesaiakan masalah, tapi malah akan semakin membuatku sedih.

Ingin rasanya aku mendoakan ibuku, agar beliau senantiasa dijaga dan dalam perlindungan Allah selama dalam pelariannya.

Tapi bagaimana jika nanti doaku tidak dikabulkan oleh Allah, karena dalam darahku mengalir "rejeki" haram?

Kini, masihkah aku harus menghargainya sebagai orang tua?.

Tapi kalau beliau disebut orang tua, mengapa beliau tega membawa aku dalam pusaran maksiat yang begitu besar dan siksa neraka yang akan sangat menyakitkan?.

Siapapun tidak akan mengerti apa yang aku rasakan, karena label keburukan itu akan terus melekat kepadaku, seumur hidupku, bahkan sampai aku mati. Aku dan saudara- saudaraku adalah anak dari seorang koruptor.

Ibu, kalau aku boleh jujur, aku tidak pernah bangga menjadi anak dari seorang yang kaya, karena aku tahu sebenarnya kekayaan malah akan memisahkan aku dan ibu seperti ini.

Aku tidak pernah bahagia dengan kemewahan, bahkan karena kemewahan sekarang hilang kebanggaanku kepada orang yang seharusnya begitu aku hormati.

Memang tidaklah pantas aku bersikap demikian, namun begitulah bahasa hatiku yang sebenarnya, Aku malu mempunyai orang tua seorang koruptor, pemakan uang rakyat yang akan pasti membawa kesengsaraan bagi mereka semua.

Ibu, kalau boleh aku meminta, aku tidak butuh dihargai sebagai anak seorang dengan status sosial yang tinggi.

Terbukti, kesemua itu justru menjadi awal bencana bagi keluarga kita, dan karena godaan hal itu pula, akhirnya seluruh keluarga, termasuk kakak dan adikku ikut menjadi malu karenanya.

Wahai ibu, tolong ajari kami kebaikan, karena kami masihlah anak- anak. Kalau memang ibu menganggap bahwa kesemua hal yang ibu lakukan adalah demi kami, maka tolong jangan lagi berdalih demi kami, karena kami tidak menginginkan harta, jabatan, atau apapun dari ibu. Yang kami inginkan adalah hanya seorang ibu yang baik, yang mulia disisi Allah, untuk kami.

Jika kau menganggap kami adalah harta tak ternilaimu, maka tolong jangan gadaikan nama baik keluarga, harga diri ibu, dan kebahagiaan kami demi semua hal haram ini.

Buat kami, memiliki mu yang mulia dimata Allah adalah sudah menjadi sebaik- baik harta kami. Jangan lagi ambil hak- hak mereka yang membutuhkan. Mereka pun memiliki anak sama seperti kami, anak- anakmu. Jikalau hak kami diambil ataupun di dholimi, apakah kau juga akan bisa menerima hal itu, ibu?

Ibu, kami masih menyayangimu, walau apapun yang telah dan akan terjadi kepadamu. Namun kami mohon, sudahi semua ini.

Kembalilah menjadi seorang ibu panutan kami. karena hanya hal itu yang kami butuhkan. Kami merindukan mu, dimanapun kau berada tolong sudahilah semua ini. Demi kami, anak- anakmu yang akan senantiasa mencintaimu.
---
Semoga Menjadi Perenungan Semua Pihak

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh
---ooo000ooo---
(Syahidah/Voa-islam.com)

Rabu, 29 Agustus 2012

Pelanggaran Itu mengingatkan Kisahnya...



Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Alex segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama.

Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Alex berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala.Alex bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Priiiiit……..!

Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Alex menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu.

Wajahnya tak terlalu asing.
“Hey, itu khan Sobari, teman mainnya semasa SMA dulu.

Hati Alex agak lega.Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Sob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Lex.” Tanpa senyum.

“Aduh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”

“Oh ya?”

Tampaknya Sobari agak ragu. Nah, bagus kalau begitu.

“Sob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

Oooo, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Alex harus ganti strategi.

“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.”

Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Lex. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu.”

Dengan ketus Alex menyerahkan SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya.

Sementara Sobari menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Sobari mengetuk kaca jendela. Alex memandangi wajah Sobari dengan penuh kecewa.Dibukanya kaca jendela itu sedikit.

Ah, 5 Cm sudah cukup untuk memasukkan surat tilang.

Tanpa berkata-kata Sobari kembali ke posnya. Alex mengambil surat tilang yang diselipkan Sobari di sela-sela kaca jendela.

Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Alex membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Sobari.

“Halo Alex, Tahukah kamu Lex, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 tahun. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk anak-anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Lex. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. (Salam, Sobari)”.

Alex terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Sobari. Namun, Sobari sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan… ….

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati
---
Semoga Dapat Memberi  Peringatan Kepada Para Pengemudi Kendaraan.
---


Rabu, 22 Agustus 2012

Cinta Kasih Hamba Kepada Allah SWT



Almarhum Tidak Bisa Membaca Al-Quran Tetapi Kuburnya Keluarkan Cahaya Ke Langit...
(Siti Khadijah)

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

Suatu kisah yang diceritakan dalam Tazkirah Ramadhan di Masjid Sultan Zainal Abidin Kuala Terengganu yang sangat mengharukan Dan bisa menetes Air Mata.

Seorang lelaki melewati sebuah kawasan perkuburan di suatu malam yang kelam Dan sunyi. Tiba-tiba Ia melihat Cahaya yang terang benderang muncul dari sebuah kubur, Dan terus memancarkan Cahaya ke langit. Dia merasa sedikit ketakutan Dan berdebar.

Tertegun dan kaku melihat kejadian itu. Dia berpikir kemungkinan kubur ini adalah kubur seseorang yang sangat Iistimewa.

Atau Ia seorang Waliyullah atau Ulama atau orang soleh yang istimewa kedudukannya di sisi tuhan. Diambilnya sebatang kayu lalu ditancap di atas kuburan yang bercahaya itu.

Keesokannya lelaki itu datang lagi kekawasan perkuburan itu dengan ditemani orang kampung. Beliau ingin menyelidiki Dan ingin mengetahui kubur siapakah yang sangat ajaib itu.

Apakah seorang Ia guru atau Waliyullah atau Alim Ulama atau orang Soleh yang terkenal?.

Bila Ia bertanya kepada orang kampung, mereka keheranan karena apa yang mereka ketahui Dan pasti ini adalah kubur seorang lelaki tua, yang pernah mendiami sebuah pondok diujung kampung bersama istrinya.

Untuk mengetahui dengan lebih lanjut , lelaki itu berkunjung kerumah Almarhum  Dan bertemu dengan isterinya,kemudian Ia cerita keajaiban yang dilihat diperkuburan suaminya.

Anehnya isteri Almarhum terkejut Dan keheranan. Dia sangat mengenal suaminya. Suaminya bukan siapa-siapa . Suaminya seorang petani kecil. Bukan seorang kyai, bukan seorang ahli ibadah, bukan orang soleh, apa lagi bukan imam, bukan muazzin, bukan guru quran. Malah suaminya tidak pandai membaca Al-Quran Dan dia tidak pernah mendengar suaminya membaca Al-Qur’an.

Hal ini benar-benar menimbulkan keheranan kepada lelaki tersebut Dan isteri Almarhum.

Akhirmya lelaki itu bertanya apakah perkara-perkara aneh yang Almarhum selalu lakukan dalam kehidupan sehari-harinya. Akhirnya isteri Almarhum ingat suatu hal yang selalu dilakukan oleh Almarhum, setiap kali sebelum tidur pada setiap malam. suaminya akan mengambil air wudhu, kemudian Ia masuk di dalam suatu bilik lalu diambilnya Al-Qur'an di atas rak, lalu dicium Dan dipeluknya dengan penuh kecintaan Dan kasih sayang.

Ia akan duduk Dan membelai Al-Qur'an itu selembar demi selembar seperti sedang membaca, sedangkan Ia seorang yang buta Al-Qur’an. Dia akan meraba-raba ayat-ayat Al-Qur’an itu dengan tangannya , seolah-olah sedang menyentuh Dan membelai sesuatu yang sangat dikasihi. Tambah isteri Almarhum lagi, Ia pernah mendengar rintihan Dan isak tangis suaminya yang sangat sedih, mendayu-dayu dengan penuh penyesalan.

“Tuhanku! Ampunkanlah aku karena aku tidak mampu membaca kalimah mu. Janganlah engkau hukum aku di atas kebodohanku ini.” “Wahai Kalam Allah, maafkan kesalahan Ku. Aku tidak mampu membaca kalimah mu. Aku tidak dapat mengabdi kepada-Mu.

Aku tidak dapat memahami-Mmu. Tapi aku sangat mengasihi-Mu. Aku sangat mencintai-Mu. “ “Wahai Kalamullah, jangan lah engkau mendakwa aku, jangan engkau menuduh aku dihadapan-Mu diakhirat nanti”. Cerita isteri Almarhum lagi.

Kadang-kadang suaminya tertidur di dalam bilik itu ditemani Al-Qur’an  kesayangannya.

Begitulah suaminya setiap malam sebelum tidur. Lelaki itu meminta untuk melihat Al-Qur’an kesayangan suaminya itu. Benar Dan sangat mengharukan apabila Ia melihat naskah yang mulia itu kelihatan lusuh, Setiap Lembar kelihatan bekas Belaian tangan Juga Ada bekas-bekas air mata di kertasnya ,tanda seseorang sering menangis berjurai air matanya tatkala membuka lembaran yang maha suci ini.

Pastinya lelaki ini sangat mulia pribadinya. Hatinya telah bersatu dengan ruh Al-Qur’an. Dia sangat mengasihi kalimat Tuhan dengan sesungguhnya. Berarti Ia mengasihi Tuhan dengan seluruh jiwa Dan raganya.

Marilah Kita menghidupkan Al-Qur’an di dalam masjid Kita, di dalam rumah Kita, di dalam diri Kita, sepanjang bulan Ramadhan, bulan pengampunan ini.

------- 
Semoga Memberi Manfaat

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

---ooo000ooo---
Kisah ini ditulis Dan disesuaikan semula untuk bacaan semua.
(sumber: page
https://www.facebook.com/Dalam.Hati.Ada.Iman
post by: admin ~p.Nur~)

Menyikapi Hidup Dengan Rasa Bersyhukur


Ketika Rasa Sepi Menghantui Seseorang…

Faizah adalah seorang gadis kecil yang tinggal di sebuah rumah mewah bersama kedua orangtuanya, Donnie dan Lidya. Ia memiliki segalanya sebagai seorang gadis kecil yang berkecukupan : Boneka, mainan, kamar yang bagus. Satu-satunya yang tidak ia miliki adalah waktu dari kedua orangtuanya yang selalu sibuk bekerja.

Namun bukan berarti mereka tidak menyayangi Faizah, tetapi karena dendam masa kecilnya yang berasal dari keluarga miskin sehingga ketika kecil tak pernah bisa memiliki apapun.

Oleh karena itu mereka berjuang mati-matian demi memenuhi kebutuhan anaknya. Hanya saja mereka lupa memberikan kebutuhan yang tak ternilai harganya yaitu waktu mereka untuk Faizah.

Faiz justru sebaliknya, seorang bocah laki-laki berusia 4 tahun, anak yatim dan berharap memiliki orangtua sebagaimana anak-anak lainnya di luar panti asuhan. Faiz dan Faizah bertemu dan membentuk jalinan persahabatan yang cukup unik.

Mereka saling melnegkapi satu sama lain. Faizah pergi ke panti asuhan Faiz dan merasakan betapa menyenangkan tinggal di panti karena banyak memiliki kawan dan tak pernah kesepian. Sementara Faiz justru merasa kesepian tinggal di panti asuhan.

Faizah adalah kawan pertamanya. Faizah menganggap bahwa Faiz konyol karena bagaimana mungkin di tengah banyak orang tetapi ia merasa kesepian. Sebaliknya Faiz menganggap Faizah konyol karena berpikir merasa sepi, padahal punya orangtua dan keluarga.

Setelah kembali ke rumah, Faizah benar-benar merasakan rumahnya yang begitu besar tetapi kosong dan sepi.

Dari jendela kacanya ia mendengar suara ceria anak-anak panti, sementara di rumahnya begitu sunyi. Ia makan malam sendiri di meja makan yang teramat besar, berharap kedua orang tuanya dapat menemaninya makan malam. Faizah menyadari bahwa prioritas utama dalam hidup kedua orangtuanya adalah bisnis dan meeting, bukan dirinya, dalam pikiran kecilnya ia yakin kalau kedua orangtuanya tidak mencintainya, sehingga ia merasa kekurangan kasih sayang dan perhatian.

Untuk mendapatkan kasih sayang orangtuanya ia sering melakukan segala hal, akan tetapi justru ia selalu dimarahi sehingga ia kini yakin bahwa orangtuanya benar-benar tidak mencintainya.

Faizah kemudian meyakinkan Faiz kalau ia ingin tinggal di Panti Asuhan, sementara Faiz juga ingin meraskan punya orangtua. Akhirnya mereka sepakat untuk bertukar tempat. Faizah dengan semangat menyiapkan segala sesuatunya untuk tinggal di Panti asuhan, termasuk membawa boneka kesayangan dan baju-bajunya.

Demikian pula Faiz bersiap-siap untuk tinggal di rumah Faizah. Tetapi ada satu masalah lagi, bagaimana mungkin mereka bertukar tempat, sedangkan mereka cowok dan cewek. Akhirnya Faizah menemukan cara, yaitu mengambil wig mamanya untuk diberikan pada Faiz. Awalnya Faiz menolak, tetapi kemudian mereka setuju.

Mulailah petualangan keduanya, Faiz menyamar menjadi Faizah dan tinggal di rumah besar dengan kamar dan tempat tidur yang juga besar serta penuh mainan, sementara Faizah sangat menikmati tinggal bersama teman-temannya di Panti Asuhan. Sementara itu Panti Asuhan kedatangan seorang pencuri bernama Mang Jali yang bersembunyi setelah terlepas dari kerumunan massa.

Orang Panti mengira Mang Jali adalah Guru Mengaji mereka yang baru. Mang Jali sendiri akhirnya memanfaatkan kesempatan untuk menyamar menjadi Guru Mengaji agar bisa makan gratis dan bertempat tinggal di tempat yang nyaman. Kelucuan terjadi ketika Mang Jali yang notebene adalah seorang pencuri dan sangat sedikit pengetahuan agamanya diharuskan mengajarkan tentang kebaikan dan moral, serta harus memimpin berdoa.

Dalam perjalanan waktu akhirnya Mang Jali tahu bahwa mencuri adalah perbuatan yang salah dan tidak terpuji. Ia juga dapat mengambil pelajaran dari para penghuni panti, anak-anak yang tak berdosa itu sehingga akhirnya ia berubah menjadi baik.

Setelah beberapa hari berlalu Faiz mulai merasakan kesepian sama seperti yang dialami Faizah karena tak pernah melihat kedua orangtua Faizah. Sebaliknya Faizah mulai merasakan betapa sedihnya teman-teman di panti asuhan yang sangat berharap memiliki orang tua.

Mereka berdoa setiap hari agar bisa diadopsi dan memiliki keluarga. Faizah mulai merindukan kedua orangtuanya. Ia lalu berfikir bahwa nasibnya lebih baik daripada anak-anak panti. Apa yang akan dilakukan Faiz dan Faizah selanjutnya untuk merasakan apa yang mereka inginkan ?

Inilah Hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa demi peristiwa yang ada disekitar Kehidupan.

Mukjizat Itu Diperolehnya


Ketika Rasa Sakit Yang Luar Biasa Akhirnya Hilang Dalam Sekejap..

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

Tercipta suatu kisah seorang wanita shalihah yang sangat takwa kepada Allah.

Ia amat gemar berbuat kebajikan, tidak putus-putus mengingat Allah, tidak sudi keluar dari mulutnya kata-kata yang tak pantas. Bila disebut api neraka, ia lantas ketakutan luar biasa dan sangat cemas hatinya, ia angkat tangannya seraya memohon dengan penuh ketundukan agar terhindar darinya.

Dan bila disebut surga, ia demikian bernafsu karena sangat menginginkannya, ia ulurkan kedua tangannya seraya berdoa dan bermunajat kepada Allah agar menjadikan dirinya termasuk penghuninya. Ia mencintai manusia dan mereka pun mencintainya. Ia begitu senang berada di tengah mereka, demikian pula dengan mereka terhadapnya.

Suatu ketika, tiba-tiba ia merasakan sakit yang luar biasa di pahanya, lalu ia cepat-cepat mengambil minyak, mengolesi dan mengurutnya. Ia juga mengompresnya dengan air hangat namun rasa sakit itu malah semakin bertambah.

Setelah pergi ke sana kemari untuk berobat di banyak rumah sakit dan berdasarkan petunjuk beberapa orang dokter, ia bersama suaminya akhirnya pergi ke London. Di sana, di sebuah rumah sakit megah, setelah dilakukan diagonosa secara detil, tim dokter menyimpulkan bahwa di dalam darah wanita shalihah ini terdapat pembusukan.

Mereka lalu mencari sumbernya dan ternyata sumber rasa sakit itu ada di bagian paha. Para dokter pun memutuskan, wanita ini positif menderita kanker di pahanya. Itulah yang menjadi sumber rasa sakit dan pembusukan. Akhirnya, tim dokter itu memutuskan perlunya segera memotong (mengamputasi) salah satu kaki wanita ini dari bagian atas paha agar virusnya tidak menyebar.

Di dalam sebuah kamar operasi, wanita ini pasrah dan menyerahkan semua urusan kepada qadla dan takdir Allah semata sementara lisannya tiada putus-putusnya berdzikir kepada-Nya, dengan penuh ketulusan meminta perlindunganNya dan berserah diri.

Akhirnya, tim dokter berkumpul dan siap melakukan operasi amputasi yang tergolong berat. Pisau sudah ditancapkan di alat pemotongnya dan si wanita itu pun didekatkan. Daerah yang akan diamputasi pun sudah diukur sedemikian teliti. Dan di tengah rasa takut yang menghantui dan kengerian yang mencekam, aliran listerik pun dihidupkan.

Lalu… ketika baru saja alat pemotong bergerak, tiba-tiba terdengar suara patahnya pisau. Semua tercengang melihat kejadian yang baru pertama kali ini. Operasi pun terpaksa diulang lagi dengan meletakkan pisau baru namun kejadian serupa kembali terjadi, hingga terulang tiga kali.

Kejadian yang aneh dalam sejarah ‘amputasi’ ini meninggalkan tanda tanya dan kebingungan dari wajah-wajah para dokter tersebut yang saling pandang satu sama lain. Kepala tim dokter pun mengajak rekan-rekannya berbincang sebentar di sisi pasien untuk berurun rembug. Kemudian mereka memutuskan untuk melakukan operasi bedah terhadap paha yang semula akan diamputasi.

Tetapi belum lagi menyentuh sasaran, mereka kembali dibuat tercengang. Dengan mata kepada sendiri, mereka melihat tiba-tiba mendapati sebuah kapas yang membusuk dalam bentuk yang tidak indah dan kurang sedap baunya. Setelah melakukan pekerjaan ringan, tim dokter pun membersihkan daerah pembusukan itu dan mem-vakum-nya. Tak berapa lama, wanita itu berteriak keras. Dan, setelah itu rasa sakit yang ia alami hilang sama sekali dan tidak ia rasakan lagi keluhan apa-apa.

Setelah tersadar, wanita ahli ibadah itu menengok ke arah kakinya yang ternyata tidak diapa-apakan dan mendapati suaminya tengah berbincang dengan tim dokter yang masih saja tampak ketercengangan menghiasi wajah-wajah mereka. Mereka terus bertanya kepada sang suami apakah isterinya sebelum ini pernah melakukan operasi bedah pada pahanya.?

Para dokter itu akhirnya tahu bahwa kedua pasangan suami isteri ini pernah mengalami kecelakaan jalan raya beberapa waktu lalu yang menyebabkan sang isteri mengalami luka parah di daerah di mana terjadi pembusukan itu. Maka, secara spontan, para dokter itu berkata serentak, “Sungguh ini merupakan inayah ilahi semata.”

Mengetahui kondisinya yang sudah pulih dan kabut bahaya tidak lagi mengancam dirinya, betapa gembiranya wanita yang shalihah itu. Ia semula membayangkan bakal berjalan dengan hanya sebuah kaki tetapi rupanya hal itu tidak terjadi. Ia pun tidak henti-hentinya mengucapkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah di mana ia merasakan betapa dekatnya Dia dengan dirinya dan betapa besar belas kasih dan rahmat-Nya.
---
Semoga Bermanfaat

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh
---ooo000ooo---
(Sumber: asy-Syifa’ Ba’da al-Maradl karya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy, hal.27-29)