Mengambil “HIKMAH” Dari Wasiat Nabi Khidir Kepada Nabi Musa
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh
Bismillahirahmanirohiim
Pesan Makrifat Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi
Musa,
Dia (Musa) berkata, “Berilah aku wasiat”.
Jawab Nabi Khidir :
Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna bagi orang
lain
Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya
menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka.
Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah
ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka.
Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan.
Apabila kamu mencela seseorang hanya karena
kekeliruannya saja, kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imron!
1. “Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi
orang lain.Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain karena
keberadaannya sangat dibutuhkan dan andaikata dia pergi, mereka merasa
kehilangan sehingga yang akan dijadikan panutan tidak ada, dan sebagai
penggantinya yang setaraf pun tidak ada.
2. Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya
menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka.
Kerukunan dan ketentraman lingkungan didambakan
disetiap warga. Dan apabila ada seseorang yang membuat resah masyarakat yang
menimbulkan kecemasan mereka, kepergiannya tidak akan dinantikan kedatangannya
lagi. Dengan kepergiannya, masyarakat merasa tentram, keberadaannya disetiap
yang ditempati selalu dibenci dan bahkan diusir.
3. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah
ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka.
Muka cemberut dan kusam menunjukkan wajah atau hati
sedih dan kurang senang pada keadaan. Terimalah apa adanya dengan senang hati,
jalani saja kehidupan ini dengan ketabahan dan sabar, walaupun pahit dirasa.
Kejadian apapun yang kita alami, pasti Allah akan memberikan hikmah dan
pelajaran dibaliknya. Dengan demikian kesedihan pun sirna dengan sendirinya,
dan wajah kelihatan berseri-seri tampaklah muka ceria.
4. Janganlah kamu keras kepala, atau bekerja tanpa
tujuan.
Keras kepala adalah sifat yang harus disingkirkan
jauh-jauh, karena bisa mengalahkan sifat-sifat baik lainnya, kalau sifat keras
kepala masih mendominasi pada diri yang akibatnya dapat merugikan diri sendiri
bekerja pun tak terarah dan sia-sia.
5. Apabila kamu mencela seseorang, hanya karena
kekeliruannya saja. Kemudian tangisi dosa-dosamu. Menyalahkan orang lain atau
mencela tidak diperbolehkan oleh Nabi Khidir karena beliau berlandaskan firman
Allah dalam surat Al Insyiqaq ayat 19 :
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam
kejadiannya)”.
Manusia diciptakan oleh Allah tingkat demi tingkat,
salah satunya tingkat pemahaman belum berubah atau berbeda sebab yang dicela
tingkat pemahamannya dibawah yang mencela, logislah yang mencela atau
menyalahkan tidak dibenarkan. Orang kelas 3 kok disalahkan oleh orang kelas 5.
Seharusnya kelas 5 yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu kurang
benar, segeralah mohon ampun kepada Allah dan jangan diulangi lagi.
Pesan ke Dua.
Diriwayatkan bahwa setelah Khidir akan meninggalkan
Nabi Musa, dia (Khidir) berpesan kepadanya :
Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu
dapat mengerti apa yang belum kamu fahami, tetapi janganlah sampai kamu jadikan
ilmu-ilmu hanya sebagai bahan omongan. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu
Asakir).
Faham sesuatu ilmu bukan untuk modal berdebat,
menonjolkan sesuatu faham yang berseberangan dan faham yang baru selesai
dipelajarinya itu adalah yang paling benar sehingga bangga atas golongannya itu
dan mengajak adu argument bahwa dialah yang paling benar sendiri, ini tidak
dibenarkan sebab berdebat itu tidak diperbolehkan sebagaimana surat Al Baqarah
ayat 139 :
“Katakanlah, apakah kamu memperdebatkan dengan kami
tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan
kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada Nya kami mengikhlaskan hati”.
Berseberangan faham yang sudah diyakini tidaklah perlu
diusik satu sama lain karena masing-masing sudah kokoh dalam keyakinannya hanya
saja ajakan orang-orang yang masih ngambang atau yang belum iman.
Pesan ke tiga.
1. Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu memberi
nasehat itu tidak pernah merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang
mendengarkan.
Memberi nasehat kepada orang lain janganlah
mengharapkan sesuatu imbalan apapun kecuali ridha Allah dan tugas menyampaikan.
Tugas menyampaikan dan mensyiarkan agama Allah adalah tugas setiap umat muslim,
firman Allah dalam surat Al Hajj ayat 32 mengatakan :
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa
mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan
hati”.
Dan kita sendiri jangan merasa bosan-bosan untuk
menengarkan para penceramah itu termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan pada
setiap muslim, walaupun ilmunya banyak.
2. Maka janganlah kamu berlama-lama dalam menasehati
kaummu.
Berilah nasehat singkat, padat, berisi dan yang penting
tidak membosankan.
3. Dan ketahuilah bahwa hatimu itu ibarat sebuah bejana
yang harus kamu rawat dan pelihara dari hal-hal yang bisa memecahkannya.
Iman didalam hati belum tentu sudah kokoh tanpa djaga
dan dirawat dan dipelihara karena lapisan luar hati masih dipenuhi oleh hawa
nafsu yang selalu mengajak ke arah perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu
waspadalah dalam menjaga hati jangan sampai hati terpengaruh dari hasutan
syaitan yang cara penyusupan penyerangannya lewat hawa nafsu. Begitu hati sudah
terkena pengaruh hawa nafsu pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam
menjaganya.
4. Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan buanglah
jauh-jauh dibelakangmu, karena dunia ini bukanlah alam yang akan kamu tempati
selamanya.
Dunia yang kita tempati ini tidaklah selamanya kita
tempati dan setelah selesai hidup kitapun pindah di alam lain, maka kumpulkan
amal kebajikan untuk modal menuai di akhirat nanti. Jangan buang-buang tempo,
tanamlah amalmu untuk menggapai kebahagiaan di alam akhirat, apabila tidak
ditanami amal kebajikan apa yang diambil disana kita akan rugi di dunia dan di
akhirat. Waktu kita di dunia hanya sebentar, tidaklah lama sebagaimana
keterangan surat An Naziyat ayat 46 :
“Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka
merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu
sore atau di pagi hari”.
5. Kamu diciptakan adalah untuk mencari tabungan
pahala-pahala akhirat nanti.
Semua makhluk yang bernama manusia beramar ma’ruf nahi
munkar. Mengerjakan amal yang baik untuk bekal di akhirat serta mencegah hal
yang munkar untuk diri sendiri dan dilanjutkan kepada orang lain yang menjalani
hal yang munkar yang dilarang.
6. Bersikap ikhlaslah dan bersabar hati menghadapi
kemaksiatan yang dilakukan kaummu.
Sabar dalam menghadapi kemaksiatan dilingkungannya, ini
bukan berarti diam tetapi sabar dalam bentuk berusaha mencegah dan menggantikan
dengan perbuatan yang baik. Apabila mengalami kesulitan, bersabarlah, mencari
solusinya dan jalan keluar yang baik.
7. Hai Musa, tumpahkanlah seluruh pengetahuan (ilmu)
mu, karena tempat yang kosong akan terisi oleh ilmu yang lain. Kewajiban
manusia yang berilmu untuk membagi ilmunya kepada orang lain yang membutuhkan,
bukan ilmu yang diberikan kepada orang lain itu habis tetapi malah sebaliknya
justru bertambah banyak. Apa sebabnya?. Karena, ilmu yang kita berikan kepada
orang lain dengan ikhlas dan ridha, Allah pun ridha menambah ilmu Nya kepada
orang tersebut.
8. Janganlah kamu banyak mengomongkan ilmumu itu,
karena akan dipisahkan oleh kaum ulama’.
Membicarakan ilmu yang sudah dicapai dengan predikat
ilmu mukasyafah dengan orang yang diluar kelompoknya yang masih dibawah jauh
dari ilmu yang dicapai, maka akan terjadi kurang baik bagi dirinya juga bagi
orang lain. Pendapat mengenai hal ini, Imam Al Ghozali mengatakan,
Pengetahuan-pengetahuan yang begini yang hanya boleh dikemukakan melalui
isyarat, tidak diperkenankan untuk diketahui setiap manusia. Begitulah halnya
dengan orang yang berpengetahuan tersebut tersingkap padanya, dia tidak boleh
mengungkapkannya kepada orang yang pengetahuan tersebut tidak tersingkap
atasnya. (Sufi dari Z.Z. hal. 181).
9. Maka bersikaplah sederhana saja, sebab sederhana itu
akan menghalangi aibmu dan akan membukakan taufiq hidayah Allah untukmu.
Menjalani kehidupan dengan kesederhanaan ini
berartisudah meninggalkan kehidupan keterikatan dengan keduniawian. Banyak
tokoh-tokoh Sufi yang tadinya hidup dalam kemewahan ditinggalkannya untuk hidup
dalam kesederhanaan. Dengan hidup sederhana hatinya tidak disibukkan dengan
harta. Ibadah kepada Allah lebih tenang dan khusu’, dalam pendekatannya kepada
Allah serasa tak mengalami kesulitan.
10. Berantaslah kejahilanmu dengan cara membuang sikap
masa bodohmu (ketidak pedulian) yang selama ini menyelimutimu.
Menahan dan menyingkirkan sifat-sifat yang kurang baik
bukan main susahnya kalau tidak dilandasi dengan dzikir kolbu, sebab dzikir kalbu
dapat mengikis sifat-sifat yang kurang baik yang sekian lama membelenggu diri.
Dengan dzikrullah yang dikerjakan di kalbu, disamping menghilangkan sifat-sifat
yang kurang baik, sifat-sifat yang baik pun menguasai diri dan menambah
ketenangan dan ketentraman hati.
11. Itulah sifat orang-orang arif dan bijaksana,
menjadi rahmat bagi semua. Orang-orang arif identik dengan orang-orang Sufi,
orang-orang Sufi kebanyakan adalah para wali Allah yang menjadi rahmat bagi
semua orang.
12. Apabila orang bodoh datang kepadamu dan mencacimu,
redamlah ia dengan penuh kedewasaan serta keteguhan hatimu. Meredam kemarahan
orang yang memarahi di awali melatih penahanan hawa nafsu dan meredam keinginan
hawa nafsu yang ingin bergolak. Setelah mampu meredam hawa nafsu, meredam
amarah orang lain dengan kelembutan sifat dan keteguhan hati.
13. Hai putra Imron, kamu sadari bahwa ilmu Allah yang
kamu miliki hanya sedikit. Ilmu yang dipunyai manusia itu hanya sedikit, itupun
Allah lah yang memberinya sedangkan ilmu yang Allah miliki tak terhingga
sebagaimana di surat Luqman 27: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi
pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
14. Sesungguhnya menutup-nutupi kekurangan yang ada
pada dirimu atau bersikap sewenang-wenang adalah menyiksa diri sendiri.
Menutupi kekurangan diri sendiri juga sama dengan menutup diri yang tidak mau
menerima dari luar diri. Akhirnya kebodohan yang didapatkan sebaiknya sifat
terbuka atau keterbukaan dari segala hal akan terbukalah hal-hal yang
tersembunyi. Termasuk dapat terbukanya ilmu Allah maka jangan tutupi dirimu,
terbukalah.
15. Janganlah kamu buka ilmu ini jika kamu tidak bisa
menguncinya. Jangan pula kamu kunci pintu ilmu ini jika tidak tahu bagaimana
membukanya, hai putra Imron. Membuka ilmu adalah tugas seorang guru, mursyid,
atau pembimbing. Jadi beliau sudah mampu membuka dan menutup ilmu. Kenapa ilmu
yang sudah dijalani oleh seorang murid ditutup?, disebabkan si murid ada
kesalahan besar yang sudah tidak dapat diajak memperbaiki untuk meluruskan
pelajaran ilmunya. Makanya harus ditutup, supaya dibelakang hari tidak ada
permasalahan yang lebih besar lagi. Kalau tidak tahu cara menutup ilmu, jangan
sekali-kali membukanya walau tahu cara membuka ilmu tersebut, sebab kalau nanti
ada konflik dikemudian hari tidak akan merepotkan. Bisa saja ilmu yang baik ini
diselewengkan.
16. Barang siapa yang menumpuk-numpuk harta benda, dia
sendiri bakal mati tertimbun dengannya hingga dia merasakan akibat dari
kerakusannya itu. Sebagaimana kisah kerakusannya Korun, dia seorang yang tamak
terhadap harta tidak dipergunakan untuk perjuangan agama Allah, sehingga dia
tertimbun hartanya.
17. Namun, semua hamba yang selalu mensyukuri karunia
Allah serta memohon kesabaran atas ketentuan-ketentuan Nya, dialah hamba yang
zuhud dan patut diteladani. Orang-orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah dan
jangan dlolim atas nikmat pemberian Nya. Andai kata kita tidak mau mensyukuri
nikmat atas pemberian dari Nya, Allah pun murka sebagaimana diterangkan dalam
surat Ibrahim ayat 34 : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluan) dari
segala apa yang kamu pohonkan kepada Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, tidaklah kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. Juga sabda Rasulullah yang diriwayatkan
oleh Muslim mengatakan : “Dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan ra. berkata :
Bersabda Rasulullah saw. sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala
keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi
seorang mukmin, jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik
baginya dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka sabar itu lebih baik
baginya”. Dengan meninggikan sifat sabar serta mau menerima ketentuan-ketentuan
yang baik bersyukur atas nikmat dari Nya, dan menerima ketentuan yang jelek
diterimanya dengan ikhlas yang didasari dengan kesabaran, dan mohon pertolongan
Nya.
18. Bukankah orang yang seperti itu mampu mengalahkan
nafsu syahwatnya dan dapat memerangi bujuk rayu syaitan? Syaitan membujuk
manusia sejak Nabi Adam as. diciptakan di surga, dia iri dengan Nabi Adam
karena Nabi Adam diciptakan lebih sempurna dari dia, bahkan dia (iblis) disuruh
bersujud kepada Nabi Adam tidak mau sebab menurut dia, dia lebih dahulu dan
lebih tinggi dari Nabi Adam sa. karena dia tercipta dari api. Dengan tidak
maunya iblis bersujud kepada Nabi Adam, diusirlah dia oleh Allah dari surga,
dan disuruh menempati neraka selamanya. Iblis mau menerima itu tapi dia masih
meminta tangguh dan dalam penangguhan itu meminta lagi untuk menggoda anak cucu
Nabi Adam as. Dan hanya yang ikhlaslah iblis tidak dapat menggoda, sebagaimana
firman Allah di surat Al Hijr ayat 30 – 42 : 30.
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya
bersama-sama. 31. Kecuali iblis, ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang
bersujud itu. 32. Allah berfirman : Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut
bersujud) bersama-sama mereka yang bersujud itu? 33. Berkata iblis : Aku
sekali-kali akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptaka dari tanah
liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. 34. Allah
berfirman : Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. 35. Dan
sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat. 36. Berkata iblis
: Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari
(manusia) dibangkitkan. 37. Allah berfirman : (kalau begitu) maka sesungguhnya
kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. 38. Sampai hari (suatu) waktu
yang telah ditentukan. 39. Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka. 40.
Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka. 41. Allah berfirman :
Inilah jalan yang lurus, kewajiban Aku lah (menjaganya). 42. Sesungguhnya
hamba-hamba Ku tidak ada kuasa kekuasaan bagimu terhadap mereka kecuali
orang-orang yang mengikuti kamu yaitu orang-orang yang sesat.
19. Dan Dia pula orang yang mengetam buah dari ilmu
yang selama ini dicarinya. Sabda Rasulullah saw. dari Abu Darda ra. mengatakan
: Barang siapa yang melalui suatu jalan untuk menuntut ilmu Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga. Dan para malaikat selalu meletakkan sayapnya
untuk menaungi orang-orang yang menuntut ilmu, karena senang dengan apa yang
mereka lakukan. Dan bagi orang-orang yang alim, dimintakan ampun untuknya oleh
penduduk langit dan bumi serta oleh ikan-ikan yang ada di air. Dan keutamaan
orang alim terhadap ahli ibadah (yang tidak memiliki ilmu) adalah bagaikan
kelebihan sinar bulan atas bintang-bintang lainnya. Dan sesungguhnya ulama’
adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham (kekayaan dunia), akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa
yang mengambil ilmu itu, berarti ia telah mengambil bagian yang sempurna. (HR.
Dawud Tirmidzi). (Pesan-Pesan Rasulullah hal. 167- 168).
20. Segala amal kebajikannya akan dibalas dengan pahala
di akhirat. Sekecil apapun amal kebajikan yang kita kerjakan di dunia, Allah
akan membalasnya karena di dunia ini kita diwajibkan menanam amal
sebanyak-banyaknya, surat Az Zalzalah ayat 7 menerangkan : “Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)
nya”.
21. Sedangkan kehidupan dunianya akan tentram
ditengah-tengah masyarakar yang merasakan jasanya. Jasa seorang pahlawan
dikenang sepanjang masa oleh takyat.
22.Hai Musa, pelajarilah olehmu ilmu-ilmu pengetahuan
agar kamu dapat mengetahui segala yang belum kamu ketahui, misalnya
masalah-masalah yang tidak bisa diomongkan atau dijadikan bahan pembicaraan
saja. Ilmu yang tidak bisa diomongkan itu ada beberapa macam antara lain
penyampaiannya memakai bahasa isyarat, bahasa gerak, bahasa perlambang, bahasa
kias, dan bahasa simbolis. Ada juga yang memakai bahasa kalbu, ada lagi cara
penyampaiannya lewat mimpi dan yang setengah sadar. Menerima pelajaran seperti
itu semua memang tidak bisa diomongkan kepada orang yang belum bisa
memahaminya. Mempelajari ilmu yang seperti itu dimulai dengan dzikir kalbu dan
menghidupkan perasaan antara lain, perasaan lahiriyah / fisik, perasaan akal /
otak, perasaan kalbu / hati, serta menghidupkan perasaan indra-indra dhohiriyah
maupun indra-indra batiniyah.
23. Itulah penuntun jalanmu dan orang-orang akan
disejukkan oleh hatimu.
Menjadi seorang penuntun yang diawali dari dituntun
oleh seorang yang sudah ahlinya. Karena kita ini ditunggu oleh mereka maka
persiapkan dirimu untuk mereka. Sebab keberadaan sang penuntun ditengah-tengah
mereka hatinya merasa tentram.
24. Hai Musa putra Imron, jadikanlah pakaianmu
bersumber dari dzikir dan fakir serta perbanyaklah amal kebajikan.
Pakaian taqwa adalah yang paling baik untuk dipakai,
dzikir adalah sarana pokok dalam kekokohan taqwa, buahnya dzikir itu
bertafakkur. Ketafakkuran menghasilkan perenungan yang di amalkan dalam keseharian
berbakti kepada Allah swt.
25. Suatu hari kamu tidak dapat mengelak dari
kesalahan, maka pintalah ridha Allah dengan berbuat kebajikan, karena pada
saat-saat tertentu akalmu pasti melanggar larangan Nya.
26. Sekarang telah kupenuhi kehendakmu untuk memberi
pesan-pesan kepadamu.
27. Omonganku ini tidak akan sia-sia apabila kamu mau
menurutinya.
Setelah itu Khidir meninggalkan Nabi Musa yang duduk
termenung dalam tangis kesedihan. (Kisah Khidir dan 9 Tokoh Sufi oleh ABU
KHALID MA. Pustaka Agung Surabaya).
Andaikata kita baca sekali lagi pesan-pesan Nabi
Khidir, akan ditujukan kepada diri kita sendiri apa yang kita rasakan dan apa
yang kita lakukan terhadap pesan-pesan itu. sengaja pesan-pesan itu diberi nomor
dari kalimat per kalimat supaya mudah untuk menjelaskan dari pesan-pesan itu.
Untuk dapat melaksanakan pesan-pesan Nabi Khidir as.
ini membutuhkan waktu dan penelaahan yang serius serta memakai kaca mata batin
yang paling dalam serta pemahaman tersendiri.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar