Sabtu, 04 Februari 2012

Ungkapan Terima Kasih


Assalamualaikum…
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ....
 
David adalah seorang mahasiswa yang kuliah di Fakultas Perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya, terutama mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya dari orang tuanya. Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini rumah tidak mengirimi uang ke David lagi. Di kantong David hanya tersisa 1 keping dollar saja.

David dengan perut keroncongan berjalan ke bilik telepon umum, memasukkan seluruh dananya, yaitu satu keping uang logam itu, ke dalam telepon.
“Halo?” ibu David yang berada ribuan km jauhnya berbicara.

Dengan nada agak terisak David berkata: “Mama, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung karena kelaparan.”

Ibu David berkata: “Anakku tersayang, mama tahu.”

David baru saja hendak melontarkan dengan penuh kekesalan “Sudah tahu, kenapa masih tidak mengirim uang?” , mendadak merasakan sebuah kesedihan yang mendalam.

“Mama, apa yang telah terjadi di rumah?”

“Anakku, papamu terkena penyakit berat, sudah lima bulan ini. Tidak saja telah meludeskan seluruh tabungan, bahkan karena sakit telah kehilangan tempat kerjanya. Oleh karena itu, sudah 2 bulan ini tidak mengirimimu uang lagi. Mama sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepadamu, tetapi kamu sudah dewasa, sudah saatnya mencari nafkah sendiri.” Ibu David tiba-tiba menangis tersedu sedan.
Di ujung telepon lainnya, air mata David juga tak hentinya menetes,
Ia berpikir “ Kelihatannya saya harus drop out dan pulang kampung”

“Mama, jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari pekerjaan, pasti akan menghidupi kalian.”

David terpukul hingga pusing tujuh keliling. Sungguh luar biasa menyakitkan, karena prestasi kuliahnya sangat bagus, selain itu ia juga menyukai kehidupan di kampus itu. Masih 1 bulan lagi semester kali ini akan selesai, jikalau memiliki uang, barang 8 atau 10 dollar saja, maka David mampu bertahan hingga liburan tiba. Kemudian menggunakan 2 bulan masa liburan untuk bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi sekarang 1 sen pun tak punya, mau tak mau harus drop out.

Pada detik ketika David mengatakan “Sampai jumpa” kepada ibunya dan meletakkan gagang telpon itu, pesawat telpon umum tersebut mengeluarkan bunyi gaduh. David dengan terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping dollar menggerojok keluar dari alat itu. David berjingkrak kegirangan, segera menjulurkan tangannya menerima uang-uang tersebut.

Sekarang, bagaimana menyikapinya? Diambil untuk diri sendiri, 100% boleh, pertama: karena tidak ada yang tahu, ke dua: dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan. Namun setelah bolak-balik dipertimbangkan, David merasa tidak patut memilikinya.

Setelah melalui sebuah pertarungan konflik batin yang hebat, David memasukkan salah satu keping dolar itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian pelayanan umum perusahaan telepon. Mendengar penuturan David, nona petugas pelayanan umum berkata, “Uang itu milik perusahaan telepon, segera kembalikan ke dalam mesin telepon.” Setelah menutup telepon, David hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali uang dimasukkan, pesawat otomat itu terus menerus memuntahkannya kembali.

Sekali lagi David menelepon, dan petugas pelayanan umum berkata, “Saya juga tak tahu harus bagaimana. Sebentar saya tanya atasan saya.” Namun petugas itu dapat merasakan dari nada bicara David kalau dia seorang yang baik yang perlu dibantu.

Tak lama kemudian, nona petugas pelayanan umum menelepon ulang, “Saya telah memperoleh ijin dari atasan saya. Uang tersebut untuk anda, karena perusahaan kami saat ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi beberapa dollar khusus mengirim petugas ke sana.”

“Hore!”, David meloncat saking gembiranya. Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya. David dengan seksama nenghitungnya. Jumlahnya 9 dollar 50 sen!! Cukup buat bertahan hingga bekerja memperoleh upah pertamanya pada saat liburan nanti. Dalam perjalanan ke kampus, David tersenyum terus sepanjang jalan.

Ketika liburan telah tiba, David dalam sekejap telah memperoleh pekerjaan sebagai pengelola gudang supermarket. Pada hari tersebut, David menjumpai boss perusahaan supermarket, menceritakan kepadanya tentang kejadian di telepon umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan. Manajer supermarket merasa David sebagai orang yang jujur dan bisa dipercaya mengelola gudangnya. David boleh datang bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan saja, tetapi juga sewaktu kuliah dan bila tidak terlalu sibuk.

David bekerja dengan sangat giat, sehingga ia mendapat upah dobel. Sesudah menerima gaji, David mengirimkan keseluruhan gajinya kepada sang ibu, karena pada saat yang sama Ia memperoleh bea siswa untuk satu semester berikutnya.

Sesudah 1 bulan, ibunya mengirim balik uang yang dikirimnya. Tulis ibunya:
“Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, ibu juga telah mendapatkan pekerjaan, bisa mempertahankan hidup. Kamu harus belajar dengan baik, jangan sampai kelaparan.”

David menangis. Ia tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal meminta uang kepada David yang sedang perlu dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, David berlinang air mata

Setahun kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus, David membuka sebuah perusahaan. Tahun pertama, David sudah mengantongi laba US $ 100.000.


Ia menulis surat kepada perusahaan telepon:

“Selamanya saya tidak bisa lupa, perusahaan anda secara tak terduga telah membantu dana US $ 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini, telah membuat saya batal menjadi pemuda drop out dan menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga telah memberi saya energi tak terhingga, mendorong saya setiap saat tidak melupakan untuk berjuang. Kini saya mempunyai uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak US $ 10.000 kepada perusahaan anda, sebagai rasa terima kasih saya.”

Bill, Direktur perusahaan telpon membalas surat David dengan penuh antusiasme:

“Selamat atas kesuksesan kuliah anda dan usaha yang telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang yang paling patut kami keluarkan. Ini bukannya merujuk pada $9,50 yang dikembalikan dengan $10.000, melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah tentang prinsip tertinggi kehidupan.”

Setelah 20 tahun telah berlalu, bagaimana dengan David? Di kota Chicago, Amerika, terdapat sebuah gedung mewah, yang tampak luarnya menyerupai sebuah bilik telepon umum, itu adalah gedung perusahaan ADDC. Pendiri perusahaan ADDC, Presiden Direkturnya ialah David. David adalah salah satu penyumbang terbesar untuk badan amal di kota itu...

Wassalamu'alaikum  Warahmatullahi  Wabarakatuh .

(An)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar