Jumat, 02 Maret 2012

Pelita Hati –



Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuuh
                                                                                                                                                                                                   "Tahukah kalian, mereka-mereka yang keimanannya membuatku kagum?”. Kata Nabi SAW. “Aku tahu ya Rasulullah”, seru salah seorang sahabat. “Mereka yang engkau maksud itu tentulah paramalaikat“.
“Mengapa engkau berpikir demikian?”, tanya Rasulullah kembali.
“Karena para malaikat selalu mematuhi semua perintah Allah. Mereka tidak sekalipun pernah melanggar aturan Allah”, jawab sahabat.
“Tapi para malaikat memang ditakdirkan untuk selalu mematuhi perintah Allah. Mereka tidak diberi kelengkapan hawa nafsu seperti layaknya kita. Dan tempat mereka dekat dengan Allah. Wajar jika mereka selalu beriman. Keimanan para malaikat tersebut, sama sekali tidak membuatku kagum”, bantah Rasulullah.

Para sahabat termangu-mangu dengan jawaban Rasulullah tersebut. Mereka terdiam sejenak, memikirkan jawaban apa kiranya yang dikehendaki oleh Rasulullah.

Tiba-tiba, salah seorang sahabat berseru, “Aku tahu ya Rasulullah, yang Rasulullah maksudkan tentu para nabi dan rasul utusan Allah. Mereka manusia biasa seperti kita, namun mereka selalu mematuhi apapun yang Allah perintahkan, apapun resikonya”.

Rasulullah tersenyum, “Betul mereka manusia biasa seperti kita, namun mereka mendapatkan petunjuk langsung dari Allah swt. Mereka menerima wahyu dan mendapatkan mukzizat. Wajar jika karena semua itu, mereka beriman kepada Allah”.

“Keimanan mereka sama sekali tidak membuat aku kagum”, bantah Rasulullah sekali lagi.

Kembali para sahabat ternganga dengan bantahan Rasulullah tadi. Mereka saling berpandangan lalu kembali tenggelam memikirkan jawaban pertanyaan Rasulullah.

“Ah…, sekarang saya tahu ya Rasulullah”, kata salah seorang sahabat dengan muka berseri-seri.

“Mereka yang Rasulullah maksudkan itu tentulah kami, para sahabatmu. Kami manusia biasa, kami juga tidak menerima wahyu, dan sama sekali tidak dikaruniai mukzizat apapun. Meskipun demikian, kami berjanji untuk selalu mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya”, jelas sahabat tersebut dengan senyum mengembang diwajahnya.

Kembali Rasulullah tersenyum mendengar jawaban salah seorang sahabat tadi, “Betul kalian memang tidak menerima wahyu dan sama sekali tidak dikaruniai mukzizat, namun kalian kan melihat dengan mata kepala sendiri, mukzizat yang aku terima. Kalian juga mendengar dengan telinga kalian sendiri ketika wahyu Allah aku bacakan. Wajar jika karena itu, kalian beriman kepada Allah. Keimanan kalian, sama sekali tidak membuatku kagum”.

Kali ini para sahabat betul-betul terhenyak dengan bantahan Rasulullah barusan. Dengan perasaan putus asa karena sudah kehabisan akal, akhirnya mereka menyerah, “Kiranya hanya Allah dan rasul-Nya saja yang tahu jawaban pertanyaan Rasulullah tadi”, kata salah seorang sahabat.

“Sesungguhnya, mereka yang keimanannya membuatku kagum adalah mereka-mereka yang tidak sekalipun pernah berjumpa denganku. Mereka sama sekali tidak pernah melihat diriku dengan matakepala mereka sendiri. Mereka juga tidak sekalipun pernah mendengar suaraku. Dan yang lebih hebat lagi, mereka berabad-abad jaraknya dariku. Tapi kecintaan mereka kepadaku, tak sekalipun perlu aku ragukan”, jawab Rasulullah.

“Mereka itulah, yang keimanannya sungguh-sungguh membuat aku kagum”, sambung Rasulullah menegaskan.

Mereka yang dimaksud oleh Rasulullah dalam kisah diatas, tak lain dan tak bukan, adalah kita semua. Tentu dengan syarat, jika kita bersungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw dengan setulus hati kita.

Semoga Allah selalu memberikan mu kekuatan untuk dapat selalu mencintai Rasulullah saw, dengan sebenar-benarnya cinta, saudaraku                                         

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

By:M. Quraish Shihab   

KISAH SESENDOK MADU


Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum warohmatullah wa barokatuh.

Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita simak. Kisah ini adalah kisah tentang seorang raja dan sesendok madu. Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya. Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendokmadu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit ditengah kota. Seluruh warga kota pun memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.


Tetapi dalam pikiran seorang warga kota (katakanlah si A) terlintas suatu cara untuk mengelak, "Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu.Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang. Sesendok airpun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akan di isi madu oleh seluruh warga kota."

Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa kemudian terjadi? Seluruh bejana ternyata penuh dengan air. Rupanya semua warga kota berpikiran sama dengansi A. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggung jawab.


Kisah simbolik ini dapat terjadi bahkan mungkin telah terjadi, dalam berbagai masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam,memberikan petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi:"Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allah disertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108) Dalam redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan pengikut-pengikutnya.


"Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin (pengikut-pengikutmu) (QS 4:84) Perhatikan kata-kata "tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri." Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: "Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu." Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orang harus tampil terlebih dahulu. Sikap mental demikianlah yang dapat menjadikan bejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.

Wassalamu'alaikum warohmatullah wa barokatuh.


SEGALA YANG BESAR DIMULAI DARI YANG KECIL...


Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

"Kalo ada yang nyari saya bilang, saya sedang pergi" begitu pesan seorang pimpinan kepada karyawannya, padahal dia cuma tidak ingin diganggu ...

Fenomena Cuplikan episode yg terlihat biasa, bukan ? jika itu setitik debu , jika dibiasakan makin lama makin menjadi tebal dan makin sulit dibersihkan ...

Pada saat bersamaan secara sadar / tidak kita telah melakukan 5 (lima) KEBODOHAN :

1. Mencoba menipu Allah ..
2. Pembangkangan akan Sunnah Rosulullah saw ..
3. Membohongi diri sendiri
4. Membohongi orang lain
5. Mengajari orang untuk berbohong , secara berantai (kayak MLM aja ..)

Inilah kelengahan kita yg dikalahkan Hawa Nafsu Mugholladoh yg membuat kita makin terperosok dalam murkanya Allah azza wa jalla.. yakni dengan MEMBIASAKAN YG HAL TIDAK BIASA , menjadi keasyikan dalam beraktivitas ..

Na'udzubillah ..... Ya Robbiiii ...            

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

Sebelum Meninggal, Dia Mengatakan "Aku Mencium Bau Surga”



Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuuh.

Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu’anha bahwa Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda,
“Ada tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya…di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.”

Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhr RA, ketika perang Uhud ia berkata, “Wah…angin surga, sungguh aku telah mecium bau surga yang berasal dari balik gunung Uhud.”

Seorang Doktor bercerita kepadaku, “Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya-. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal… tenanglah… sesungguhnya aku mencium bau surga.!’ Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan pada dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, jangan kalian menyusahkan diri sendiri… karena sekarang aku mencium bau surga.’

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah. ‘ Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta Subhanallahu wa Ta’ala.

Allahu Akbar… apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari… semua kalimat tidak mampu terucap… dan pena telah kering di tangan… aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala,
‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.’ (Ibrahim: 27).

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.”
Ia melanjutkan kisahnya,
“Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Maghrib pada hari yang sama.

♥ Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat.” Ini merupakan tanda-tanda Husnul Khatimah.

♥ Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh orang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.

♥ Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiaannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanallah… sungguh indah kematian seperti ini. Kita bermohon semoga Allah menganugrahkan kita Husnul Khatimah.

Saudara-saudara tercinta… kisah belum selesai…
Saudara Dhiya’ bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya?

Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang ter-larang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan Husnul Khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkannya; meninggal dengan mencium bau surga.

Ayahnya berkata,
‘Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal al-Qur’an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU’.”

Aku katakan, “Maha benar Allah yang berfirman,
‘Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.’ (Fushshilat: 30-32).

Subhanallah... MAHA BENAR ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA, dengan segala firman-NYA...

♥ Semoga bisa diambil hikmahnya ♥ (AN)

Wassalamualaikum Warahamtullahi Wabarakatuuh

HAKIKAT JIWA.


(by DrJaffry Hassan)

Bismillahirrahmanirrahim......
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh.

Ilmu pengetahuan mengakui bahawa dalam diri manusia itu terdapat satu bahan bukan material yang disebut jiwa. Dengan adanya jiwa dalam diri manusia, ilmu pengetahuan telah menyediakan cabang khusus yang dikenali sebagai ilmu jiwa atau psikologi. Persoalannya, adakah jiwa itu suatu bahan, yang merupakan suatu unsur asal atau suatu hakikat daripada yang wujud dan berdiri sendiri ataupun adakah ianya merupakan fungsi atau aktiviti fisiologikal semata-mata?

Sebenarnya sains tidak mampu mengungkap hakikat jiwa kerana sains sering membatasi diri hanya sebagai sebuah proses jelajah atas sesuatu yang bersifat material yang boleh dirasa dan dibuat ujikaji. Sedangkan jiwa adalah perkara yang bersifat material. Seorang pakar ahli jiwa telah membuat ujikaji pada tahun 1920, pernah mencuba meneliti hakikat jiwa di maksimal universiti liepzig. Malangnya, pendekatan dan penggunaan saintifik yang dilakukan tidak mampu membuktikan apa-apa mengenai hakikat jiwa. Ia hanya dapat menemukan gejala jiwa adalah berupa perilaku, kelakuan manusia yang merupakan penyataan daripada jiwa itu.

Di dalam kehalusan konsep kemurnian islam mempunyai empat (4) istilah yang digunakan apabila memperkatakan mengenai jiwa, iaitu HATI, ROH, NAFSU dan AKAL Imam Al-Ghazali telah memberikan huraian mengenai empat perkara tersebut seperti berikut:

1) HATI mempunyai dua pengertian, iaitu segumpal daging sanubari yang terletak di sebelah kiri dada, bersifat material. kedua bersifat bukan material adalah rasa rohaniah yang halus yang berkaitan dengan jasmani.

2) ROH juga mempunyai dua makna, iaitu jisim atau jasad halus yang berpunca daripada rongga hati jasmani. Ia beredar ke seluruh bahagian tubuh dengan perantara urat nadi, beredar ke aliran darah tubuh. kedua sesuatu yang halus yang tahu dan mengerti.

3) NAFSU mempunyai dua makna, iaitu cakupan makna daripada kekuatan marah dan syahwat yang bersifat material dan sesuatu yang halus yang merupakan hakikat manusia yang bersifat bukan material.

4) AKAL mempunyai dua makna juga, iaitu ilmu mengenai hakikat segala sesuatu, yang merupakan sifat daripada ilmu yang bertempat dalam hati dan sesuatu yang halus yang merupakan hakikat manusia yang bersifat bukan material.

Merujuk kepada empat istilah yang dibawakan oleh Al-Ghazali di atas tadi, dapat disimpulkan jiwa dalam konteks keislaman merujuk kepada pengertian mengenai

PERTAMA, makna material yang berti hati jasmani, roh jasmani, nafsu syahwat jasmani dan ilmu pengetahuan.

KEDUA, sesuatu yang halus yang tahu dan mengerti. Inilah yang dimaksudkan dengan penjelasan Allah dalam surah Al-Israk ayat 85 yang bermaksud,

"KATAKANLAH ROH ITU ADALAH URUSAN TUHANMU".

Semoga Bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh