(By : NADIA YULIANA)
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuuh
Pertengahan 2000 merupakan masa
terberat yang harus dihadapi Kundiarto (36). Segala cita-citanya musnah karena
virus meningitis yang menyerang saraf dan mengakibatkan kedua kakinya lumpuh.
Siapa pun yang melihat sosok
Kundiarto pasti tertegun menyaksikan kegigihan pria yang tabgah menjalani
hidup. Dengan kondisi fisiknya yang tak sempurna, dia tetap tak mau berserah
pada nasib. Dengan menggunakan kursi roda, Kundiarto berjualan. Kursi tersebut
telah bertahun-tahun menemaninya mencari nafkah. Di atas kursi roda itulah,
Kundiarto menjajakan dagangannya, yakni makanan dan minuman ringan jajanan
anak-anak.
Kursi rodanya ditata sedemikian
rupa. Di atas pegangan kursinya di letakkan papan dan keranjang untuk memajang
barang dagangannya. Sedangkan di bagian bawah, ia tutupi dengan sehelai sajadah
guna menutupi bagian kakinya yang tanpa sandal. Sedangkan pada besi bagian
belakangnya, dia melekatkan payung hitam berukuran besar, untuk melindungi
dirinya dari hujan dan terik matahari. “Bendera merah putih sengaja saya
kaitkan dengan bunga-bunga yang terbuat dari kain, untuk penanda agar tidak
tertabrak kendaraan,” katanya sambil tersenyum.
Di Jalan Karadenan, ia tengah
melakukan perjalanan dari rumahnya ke sebuah Pondok Pesantren di daerah
Kaumpandak, Kelurahan Karadenan, Kecamatan Cibinong. Jarak puluhan kilometer
dia tempuh seorang diri dengan cara itu.
Dalam satu minggu, Kundiarto terbiasa
melakukan perjalanan panjang satu atau dua hari untuk mencari penghasilan lebih
serta menunaikan hobinya berpetualang.
Kundiarto tak melewatkan pesantren
atau sekolahan yang menggelar acara. Ditempat seperti itu, dagangan akan laku
banyak sehingga ia mendapatkan keuntungan yang berlipat. Pria paruh baya ini
mendapat informasi mengenai acara-acara tersebut dari radio.
Lantas apa yang memotivasinya pria
yang sebelumnya berprofesi sebagai office boy (OB) di sebuah perusahaan Korea
di Jakarta itu?
Padahal, dengan kondisinya yang seperti
sekarang ini, dia bisa saja berdiam diri di rumah.
----
“Saya ingin membahagiakan keluarga
saya. Insyaallah ke depan akan lebih baik. Saya ingin kuliah dan mengajar,”
tuturnya lirih.
----------
Menempuh Ribuan Meter, Bawa Pulang
Rp10 Ribu per Hari
Demi memenuhi kebutuhan hidup istri
dan ayahnya, setiap hari Kundiarto rela menempuh jarak ratusan meter dari
kediamannya di Desa Bojonggede RT 02/13, ke SDN Bojonggede 06 untuk menjajakan
dagangan. Jarak tersebut ia tempuh hanya dengan menggunakan kursi roda yang
telah menemaninya sejak bertahun-tahun.
Di atas kursi roda itulah dia
menjajakan makanan dan minuman ringan serta jajanan anak-anak. Jarak yang
ditempuh pun tak main-main, yakni ratusan hingga ribuan meter demi mendapatkan
untung yang rata-rata hanya Rp10 ribu per hari. Berbekal keyakinan serta
keikhlasan hati dalam menjalankan hidup, Kundiarto tak gentar dengan cibiran
orang lain.
Ingin Teruskan Kuliah dan Menjadi
Guru
Suami dari Supraptini (40) itu
menuturkan impiannya. Dia ingin sekali menjadi guru dan meneruskan kuliahnya
yang dulu terhenti akbiat kondisi fisik dan ekonomi yang tidak memungkinkan.
Tahun 2005 lalu, ia memberanikan diri berkuliah di sebuah perguruan tinggi
Islam di Jakarta dengan jurusan Tarbiyah.
“Namun hanya bertahan satu semester.
Saya waktu itu belum punya kursi roda. Karena tidak kuat harus naik-turun
tangga kampus dengan tongkat, saya terpaksa berhenti,” kenangnya. Sebelumnya
pun ia pernah mengajar mengaji. Namun lagi-lagi karena kondisi fisiknya, dia
tak bisa meneruskan profesi itu.
Kundiarto bermimpi suatu saat nanti
ada orang yang mau memberinya beasiswa untuk berkuliah. Sementara untuk urusan
mencari nafkah, ia ingin sekali membuka kios atau warung kecil agar tak harus
berkeliling lagi menggunakan kursi roda. “Mudah-mudahan suatu saat nanti saya bisa
punya kios untuk berjualan. Saat ini saya masih kesulitan modal,” katanya.
Kendati hidup serba sulit, Kundiarto
tak pernah mengeluh. Selama bercerita, dia tak sedikit pun mengeluarkan
kata-kata penyesalan akan nasib yang diterimanya. Justru ia terus mengumbar
senyum. Di sela-sela barang dagangannya, Kundiarto menyimpan dua botol
berukuran satu liter berisi air wudu. Ada pula sejadah dan peci. “Itu untuk
saya salat. Saya salat sambil duduk di kursi roda,” pungkasnya. Karena tak
mampu berdiri, Kundiarto terpaksa menggunakan plastik yang ia simpan di balik
celananya untuk menampung air seni.
Walau Demikian Kundiarto Tetap pantang dan menghindar
dari sifat-2 Umum
Manusia
seperti difirmankan Allah SWT dibawah ini :
”
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh
kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan dia berkeluh – kesah
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. ( Al Ma’arij ,70
: 19 – 21 )
Semoga Perjuangan dan Cita-cita
Kundiarto Tercapai….
”Wahai Allah SWT,Anugerahkan Rizky
Yang Berlimpah , Kebahagiaan Serta Wujudkan
Cita-citanya yang Mulia. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui,Melihat Lagi Penyayang.” Maha Benar Allah Dengan Segala
Firman-Nya.. Amiiin YRA
Selamat Berjuang Saudara ku..
Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuuh
---ooo000ooo---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar