KISAH PENJUAL MINYAK WANGI DAN SEUNTAI KALUNG
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuuh
Seorang
pemuda tiba di Baghdad dalam perjalanannya menunaikan ibadah haji ke tanah
suci. Ia membawa seuntai kalung senilai seribu dinar. Ia sudah berusaha keras
untuk menjualnya, namun tidak seorang pun yang mau membelinya. Akhirnya ia
menemui seorang penjual minyak wangi yang terkenal baik, kemudian menitipkan
kalungnya. Selanjutnya ia meneruskan perjalanannya.
Selesai
menunaikan ibadah haji ia mampir di Baghdad untuk mengambil kembali kalungnya.
Sebagai ucapan terima kasih ia membawa hadiah untuk penjual minyak wangi itu.
“Saya
ingin mengambil kembali kalung yang saya titipkan, dan ini sekedar hadiah buat
Anda,” katanya.
“Siapa
kamu? Dan hadiah apa ini?,” tanya penjual minyak wangi.
“Aku
pemilik kalung yang dititipkan pada Anda,” jawabnya mengingatkan.
Tanpa
banyak bicara, penjual minyak wangi menendangnya dengan kasar, sehingga ia
hampir jatuh terjerembab dari teras kios, seraya berkata, “Sembarangan saja
kamu menuduhku seperti itu.”
Tidak
lama kemudian orang-orang berdatangan mengerumuni pemuda yang malang itu. Tanpa
tahu persoalan yang sebenarnya, mereka ikut menyalahkannya dan membela penjual
minyak wangi. “Baru kali ada yang berani menuduh yang bukan-bukan kepada orang
sebaik dia,” kata mereka.
Laki-laki
itu bingung. Ia mencoba memberikan penjelasan yang sebenarnya. Tetapi mereka
tidak mau mendengar, bahkan mereka mencaci maki dan memukulinya sampai babak
belur dan jatuh pingsan.
Begitu
siuman, ia melihat seorang berada di dekatnya. “Sebaiknya kamu temui saja
Sultan Buwaihi yang adil; ceritakan masalahmu apa adanya. Saya yakin ia akan
menolongmu,” kata orang yang baik itu.
Dengan
langkah tertatih-tatih pemuda malang ini menuju kediaman Sultan Buwaihi. Ia
ingin meminta keadilan. Ia menceritakan dengan jujur semua yang telah terjadi.
“Baiklah,
besok pagi-pagi sekali pergilah kamu menemui penjual minyak wangi itu di
tokonya. Ajak ia bicara baik-baik. Jika ia tidak mau, duduk saja di depan
tokonya sepanjang hari dan jangan bicara apa-apa dengannya. Lakukan itu sampai
tiga hari. Sesudah itu aku akan menyusulmu. Sambut kedatanganku biasa-biasa
saja. Kamu tidak perlu memberi hormat padaku kecuali menjawab salam serta
pertanyaan-pertanyaanku,” kata Sultan Buwaihi.
Pagi-pagi
buta pemuda itu sudah tiba di toko penjual minyak wangi. Ia minta izin ingin
bicara, tetapi ditolak. Maka seperti saran Sultan Buwaihi, ia lalu duduk di
depan toko selama tiga hari, dan tutup mulut.
Pada
hari keempat, Sultan datang dengan rombongan pasukan cukup besar.
“Assalamu’alaikum,” kata Sultan.
“Wa’alaikum
salam,” jawab pemuda acuh tanpa gerak.
“Kawan,
rupanya kamu sudah tiba di Baghdad. Kenapa Anda tidak singgah di tempat kami?
Kami pasti akan memenuhi semua kebutuhan Anda,” kata Sultan.
“Terima
kasih,” jawab pemuda itu acuh, dan tetap tidak bergerak.
Saat
Sultan terus menanyai pemuda ini, rombongan pasukan yang berjumlah besar itu
maju merangsak. Karena takut dan gemetar melihatnya, si penjual minyak wangi
jatuh pingsan. Begitu siuman, keadaan di sekitarnya sudah lengang. Yang ada
hanya sang pemuda, yang masih tetap duduk tenang di depan toko. Penjual minyak
wangi menghampirinya dan berkata:
“Sialan!
Kapan kamu titipkan kalung itu kepadanya? Kamu bungkus dengan apa barang
tersebut? Tolong bantu aku mengingatnya.”
Si
Pemuda tetap diam saja. Ia seolah tidak mendengar semuanya. Penjual minyak
wangi sibuk mondar-mandir kesana kemari mencarinya. Sewaktu ia mengangkat dan
dan membalikkan sebuah guci, tiba-tiba jatuh seuntai kalung.
“Ini
kalungnya. Aku benar-benar lupa. Untung kamu mengingatkan aku,” katanya.
---
Usahakan di dalam setiap aktifitas/kegiatan ,bisa lebih
tertib administrasi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Hindari hal
tidak Menunda sesuatu yang akan berakibat fatal
---
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh
---ooo000ooo---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar