Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikaum Warahmatullahi Wabarakatuuh
Pada sebuah jamuan makan malam
pengadaan dana untuk sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak yang
bersekolah disana menghantarkan satu pidato yang tidak mungkin dilupakan oleh
mereka yang menghadiri acara itu. Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah
tersebut mengangkat satu topik:
Ketika tidak mengalami gangguan dari
sebab-sebab eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini berjalan
secara sempurna/ alami. Namun tidak demikian halnya dengan anakku, Shay. Dia
tidak dapat mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Nah,
bagaimanakah proses alami ini berlangsung dalam diri anakku?
Para peserta terdiam menghadapi
pertanyaan itu. Ayah tersebut melanjutkan: “Saya percaya bahwa, untuk seorang
anak seperti Shay, yang mana dia mengalami gangguan mental dan fisik sedari
lahir, satu-satunya kesempatan untuk dia mengenali alam ini berasal dari bagaimana
orang-orang sekitarnya memperlakukan dia”
Kemudian ayah tersebut menceritakan
kisah berikut:
Shay dan aku sedang berjalan-jalan
di sebuah taman ketika beberapa orang anak sedang bermain baseball. Shay
bertanya padaku,”Apakah kau pikir mereka akan membiarkanku ikut bermain?” Aku
tahu bahwa kebanyakan anak-anak itu tidak akan membiarkan orang-orang seperti
Shay ikut dalam tim mereka, namun aku juga tahu bahwa bila saja Shay mendapat
kesempatan untuk bermain dalam tim itu, hal itu akan memberinya semacam
perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima oleh orang-orang lain,
diluar kondisi fisiknya yang cacat.
Aku mendekati salah satu anak
laki-laki itu dan bertanya apakah Shay dapat ikut dalam tim mereka, dengan
tidak berharap banyak. Anak itu melihat sekelilingnya dan berkata, “kami telah
kalah 6 putaran dan sekarang sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat ikut
dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk memasukkan dia bertanding pada babak
kesembilan nanti Shay berjuang untuk mendekat ke dalam tim itu dan mengenakan
seragam tim dengan senyum lebar, dan aku menahan air mata di mataku dan
kehangatan dalam hatiku. Anak-anak tim tersebut melihat kebahagiaan seorang
ayah yang gembira karena anaknya diterima bermain dalam satu tim.
Pada akhir putaran kedelapan, tim
Shay mencetak beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada putaran
kesembilan, Shay mengenakan sarungnya dan bermain di sayap kanan. Walaupun
tidak ada bola yang mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena turut
serta dalam permainan tersebut dan berada dalam lapangan itu. Seringai lebar
terpampang di wajahnya ketika aku melambai padanya dari kerumunan. Pada akhir
putaran kesembilan, tim Shay mencetak beberapa skor lagi. Dan dengan dua angka
out, kemungkinan untuk mencetak kemenangan ada di depan mata dan Shay yang
terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya.
Pada kondisi yg seperti ini, apakah
mungkin mereka akan mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan Shay
menjadi kunci kemenangan mereka? Yang mengejutkan adalah mereka memberikan
kesempatan itu pada Shay. Semua yang hadir tahu bahwa satu pukulan adalah
mustahil karena Shay bahkan tidak tahu bagaimana caranya memegang pemukul
dengan benar, apalagi berhubungan dengan bola itu.
Yang terjadi adalah, ketika Shay
melangkah maju kedalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Shay telah
mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk satu momen penting dalam hidup
Shay, mengambil beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu perlahan
sehingga Shay paling tidak bisa mengadakan kontak dengan bola itu. Lemparan
pertama meleset, Shay mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput. Pitcher
tersebut kembali mengambil beberapa langkah kedepan, dan melempar bola itu
perlahan kearah Shay. Ketika bola itu datang, Shay mengayun kearah bola itu dan
mengenai bola itu dengan satu pukulan perlahan kembali kearah pitcher.
Permainan seharusnya berakhir saat
itu juga, pitcher tsb bisa saja dengan mudah melempar bola ke basement pertama,
Shay akan keluar, dan permainan akan berakhir. Sebaliknya, pitcher tersebut
melempar bola melewati basement pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim.
Penonton bersorak dan kedua tim mulai berteriak, “Shay, lari ke base satu! Lari
ke base satu!”. Tidak pernah dalam hidup Shay sebelumnya ia berlari sejauh itu,
tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Shay tertegun dan membelalakkan
matanya.
Semua orang berteriak, “Lari ke base
dua, lari ke base dua!” Sambil menahan napasnya, Shay berlari dengan canggung
ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan bersemangat dalam perjuangannya
menuju base dua. Pada saat Shay menuju base dua, seorang pemain sayap kanan
memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan anak terkecil dalam
timnya, dan dia saat itu mempunyai kesempatan menjadi pahlawan kemenangan tim untuk
pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah melempar bola itu ke
penjaga base dua. Namun pemain ini memahami maksud baik dari sang pitcher,
sehingga diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu tinggi ke atas jauh
melewati jangkauan penjaga base ketiga. Shay berlari menuju base ketiga.
Semua yang hadir berteriak, “Shay,
Shay, Shay, teruskan perjuanganmu Shay” Shay mencapai base ketiga saat seorang
pemain lawan berlari ke arahnya dan memberitahu Shay arah selanjutnya yang
mesti ditempuh. Pada saat Shay menyelesaikan base ketiga, para pemain dari
kedua tim dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, “Shay, larilah ke
home, lari ke home!”. Shay berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan
dielu-elukan bak seorang hero yang memenangkan grand slam. Dia telah
memenangkan game untuk timnya.
Hari itu, kenang ayah tersebut
dengan air mata yang berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah
menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan kedalam dunia. Shay
tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut dan meninggal musim dingin itu.
Sepanjang sisa hidupnya dia tidak pernah melupakan momen dimana dia telah
menjadi seorang hero, bagaimana dia telah membuat ayahnya bahagia, dan
bagaimana dia telah membuat ibunya menitikkan air mata bahagia akan sang
pahlawan kecilnya.
Sebuah pepatah bijak yang
mungkin seringkali kita dengar: sekelompok masyarakat akan dinilai dari cara
mereka memperlakukan seorang yang paling tidak beruntung diantara mereka.
Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar